Delapan Kecamatan di Indramayu Delapan Kecamatan di Indramayu Rawan Banjir Rawan Banjir
INDRAMAYU -- Sebanyak sepuluh desa dari delapan kecamatan yang ada di Kab Indramayu, dinyatakan sebagai daerah rawan bencana banjir. Selain karena dipengaruhi topografi yang datar, kerawanan itu juga dipengaruhi oleh kritisnya kondisi bangunan sungai-sungai yang mengaliri daerah tersebut.
Berdasarkan data yang dihimpun dari Dinas PU Pengairan Kab Indramayu, Kamis (11/1), ke-10 desa itu adalah Desa Lamaran Tarung Kec Cantigi, Desa Rambatan Kulon Kec Lohbener, Desa Widasari Kec Widasari, Desa Gunungsari Kec Kertasemaya, dan Desa Bodas Kec Bangodua. Kemudian, Desa Cempeh dan Rajaiyang Kec Losarang, Desa Rajasinga dan Terisi Kec Cikedung, serta Desa Pangauban Kec Lelea.
Menurut Kepala PU Pengairan Kab Indramayu, E Rukanda, kritisnya kondisi bangunan sungai yang mengaliri sepuluh desa itu di antaranya akibat kritisnya tebing sungai, dan adanya tanggul tanah yang telah longso serta rusaknya klep pintu air sungai.
''Terjadinya pendangkalan alur sungai juga menjadi salah satu pemicu terjadinya kerawanan banjir,'' kata Rukanda saat ditemui di ruang kerjanya, Rabu (11/1).
Rukanda mengungkapkan, ada empat sungai yang mengaliri sepuluh desa rawan banjir itu. Yaitu, Sungai Rambatan yang mengaliri Desa Lamaran Tarung dan Rambatan Kulon, Sungai Cimanuk mengaliri Desa Widasari, Gunungsari, dan Bodas, Sungai Pangkalan yang mengaliri Desa Cempeh dan Pangauban, serta Sungai Cipanas yang mengaliri Desa Rajaiyang, Rajasinga, dan Terisi.
Guna mengantisipasinya, Rukanda mengatakan, pihaknya berusaha untuk menormalisasi sungai-sungai tersebut. Caranya, dengan pengerukan menggunakan ponton.
Dari Kab Karawang dikabarkan, pemkab segera melakukan relokasi terhadap 80 kepala keluarga (KK) warga Kampung Sarakan, Desa Tambaksari, Kecamatan Tirtajaya yang menjadi korban gelombang pasang pada Selasa (3/1) lalu.
''Kita sudah ajukan setiap KK mendapatkan dana bantuan sebesar Rp 1 juta. Tapi belum ada keputusan,'' kata Camat Tirtajaya, Wawan Setiawan, kepada Republika, Rabu (11/1).
Seperti diberitakan, 50 unit rumah di Kampug Sarakan, Desa Tambaksari hancur diterjang gelombang pasang Laut Karawang pada Selasa (3/1) lalu. Selain itu, 30 unit rumah lainnya rusak berat dan 700 hektare tambak bandeng yang berada di belakang pemukiman warga jebol akibat terjangan gelombang pasang tersebut.
Dikhawatirkan, gelombang pasang yang lebih dahsyat akan kembali terjadi dan mengancam nyawa 302 orang penduduk Kampung Sarakan. Pasalnya, gelombang pasang tersebut biasanya terjadi pada Februari.
Rencananya, ungkap Wawan, 80 KK Kampung Sarakan itu akan direlokasi di tanah milik Perhutani yang berada di bantaran Sungai Sarakan yang memiliki panjang 216 meter dan lebar tujuh meter. ''Perhutani telah setuju. Tapi mereka meminta supaya ada surat izin dari Menteri Kehutanan untuk penggunaan lahan Perhutani dijadikan tempat relokasi,'' ujarnya.
Berdasarkan data yang dihimpun dari Dinas PU Pengairan Kab Indramayu, Kamis (11/1), ke-10 desa itu adalah Desa Lamaran Tarung Kec Cantigi, Desa Rambatan Kulon Kec Lohbener, Desa Widasari Kec Widasari, Desa Gunungsari Kec Kertasemaya, dan Desa Bodas Kec Bangodua. Kemudian, Desa Cempeh dan Rajaiyang Kec Losarang, Desa Rajasinga dan Terisi Kec Cikedung, serta Desa Pangauban Kec Lelea.
Menurut Kepala PU Pengairan Kab Indramayu, E Rukanda, kritisnya kondisi bangunan sungai yang mengaliri sepuluh desa itu di antaranya akibat kritisnya tebing sungai, dan adanya tanggul tanah yang telah longso serta rusaknya klep pintu air sungai.
''Terjadinya pendangkalan alur sungai juga menjadi salah satu pemicu terjadinya kerawanan banjir,'' kata Rukanda saat ditemui di ruang kerjanya, Rabu (11/1).
Rukanda mengungkapkan, ada empat sungai yang mengaliri sepuluh desa rawan banjir itu. Yaitu, Sungai Rambatan yang mengaliri Desa Lamaran Tarung dan Rambatan Kulon, Sungai Cimanuk mengaliri Desa Widasari, Gunungsari, dan Bodas, Sungai Pangkalan yang mengaliri Desa Cempeh dan Pangauban, serta Sungai Cipanas yang mengaliri Desa Rajaiyang, Rajasinga, dan Terisi.
Guna mengantisipasinya, Rukanda mengatakan, pihaknya berusaha untuk menormalisasi sungai-sungai tersebut. Caranya, dengan pengerukan menggunakan ponton.
Dari Kab Karawang dikabarkan, pemkab segera melakukan relokasi terhadap 80 kepala keluarga (KK) warga Kampung Sarakan, Desa Tambaksari, Kecamatan Tirtajaya yang menjadi korban gelombang pasang pada Selasa (3/1) lalu.
''Kita sudah ajukan setiap KK mendapatkan dana bantuan sebesar Rp 1 juta. Tapi belum ada keputusan,'' kata Camat Tirtajaya, Wawan Setiawan, kepada Republika, Rabu (11/1).
Seperti diberitakan, 50 unit rumah di Kampug Sarakan, Desa Tambaksari hancur diterjang gelombang pasang Laut Karawang pada Selasa (3/1) lalu. Selain itu, 30 unit rumah lainnya rusak berat dan 700 hektare tambak bandeng yang berada di belakang pemukiman warga jebol akibat terjangan gelombang pasang tersebut.
Dikhawatirkan, gelombang pasang yang lebih dahsyat akan kembali terjadi dan mengancam nyawa 302 orang penduduk Kampung Sarakan. Pasalnya, gelombang pasang tersebut biasanya terjadi pada Februari.
Rencananya, ungkap Wawan, 80 KK Kampung Sarakan itu akan direlokasi di tanah milik Perhutani yang berada di bantaran Sungai Sarakan yang memiliki panjang 216 meter dan lebar tujuh meter. ''Perhutani telah setuju. Tapi mereka meminta supaya ada surat izin dari Menteri Kehutanan untuk penggunaan lahan Perhutani dijadikan tempat relokasi,'' ujarnya.
0 Komentar:
Post a Comment
<< Halaman Index