Banjir Indramayu Renggut 3 Nyawa
INDRAMAYU,
Banjir melanda sebagian besar wilayah Kab. Indramayu sejak Jumat (28/1) Hingga Minggu (29/1), banjir tersebut menelan tiga korban tewas, puluhan rumah hancur, dan menenggelamkan puluhan ribu hektare sawah. Banjir juga melanda beberapa daerah di Jawa Barat lainnya seperti di Cirebon, Majalengka, Subang, dan Karawang.
Dari tiga korban tewas, dua di antaranya, adalah santri Pontren Al Zaytun di Kec. Gantar, masing-masing Muhammad Putra Haji Sarkim (15), santri asal Pekanbaru (Riau), dan Deni (15), asal Bandung. Korban tewas lain, bernama Ari (12), warga Desa Karanganyar, Kec. Kandanghaur.
Informasi yang dihimpun , dua santri Al Zaytun tewas terseret Sungai Cilalanang yang tengah meluap. Kecelakaan terjadi Sabtu (28/1) sore, saat itu korban bersama teman-temannya se-dang bermain-main di pinggiran sungai tak jauh dari pontren itu.
Menurut petugas Polsek Haurgeulis, kecelakaan diawali ketika ada seorang santri yang pulpennya terjatuh ke sungai. Si santri (namanya tidak diketahui) lalu terjun berusaha mengambil pulpen tadi, hanya saja karena air deras, santri itu nyaris terseret arus.
Melihat temannya mau terseret arus, Putra dan Deni turun ke sungai dengan maksud menolong. Namun, keduanya justru terseret arus dan tubuhnya langsung menghilang setelah sempat berteriak minta tolong.
Sampai Minggu (29/1) sore, Putra belum diketemukan dan masih dalam pencarian. Sedangkan mayat Deni telah ditemukan Sabtu pukul 24.00 WIB.
Di Kandanghaur, arus Sungai Cipanas menyeret tubuh Ari, yang ketika itu sedang bermain air di bawah jembatan. Kecelakaan ini terjadi Minggu (29/1) pukul 14.00 WIB, dan hingga semalam mayatnya masih dalam pencarian.
Menurut Kapolsek Kandanghaur, AKP Edi Budi Pramono, Ari terseret arus saat bermain-main di sungai dekat jembatan. Hanya saja dia terlalu ke tengah, sehingga terseret arus yang sedang deras-derasnya.
Banjir yang sudah berlangsung sejak Jumat mengakibatkan 20 kecamatan terendam dan sungai-sungai besar yang bermuara di daerah tersebut meluap dalam waktu bersamaan.
Banjir makin parah, karena pada saat bersamaan terjadi gelombang pasang di laut. Akibatnya, air yang datang dari daerah hulu ditambah hujan lokal selama tiga berturut-turut, membuat air sungai meluap dan menggenangi puluhan ribu hektare persawahan, serta ribuan rumah penduduk.
Berdasarkan catatan Satlak PBA, dari 28 kecamatan yang ada di Indramayu, 20 di antaranya terendam banjir. Sejumlah kecamatan dinyatakan parah, di antaranya Kec. Lelea, Gabuswetan, Bongas, Kroya, Kandanghaur, Losarang, Cikedung, dan Terisi.
Tercatat jalan raya sepanjang 5 km penghubung Gabuswetan dengan pertigaan Karangsinom (Pantura), terandam air mencapai 1 meter lebih sehingga kendaraan tak bisa melewatinya. Akibatnya, tiga kecamatan terisolir yakni Gabuswetan, Kroya, dan Bongas.
Di Kec. Lelea, banjir diperparah dengan angin puting beliung di Blok Limbangan, Desa Pangauban. Angin berkekuatan besar itu terjadi Jum'at malam pukul 19.30 WIB, sebanyak 37 rumah rusak berat dan ringan, lima di antaranya ambruk.
Banjir di Lelea menggenangi 10 dari 11 desa yang ada di kecamatan itu, menyusul meluapnya Sungai Cibuaya dan Pangauban. Ratusan warga di Blok Tegalbedug dan Tamansari di Desa Tempel, terisolir karena desanya terkepung banjir. Camat setempat, H. Suwito telah meminta warga yang jumlahnya mencapai 1.400 jiwa untuk mengungsi, sebab ketinggian genangan masih bisa bertambah.
Ditinjau bupati
Bupati Indramayu, H. Irianto M.S. Syafiuddin, Minggu (29/1) turun ke lapangan untuk memantau langsung situasi banjir . Bersama unsur muspida, bupati menyerahkan bantuan kepada para korban, di antaranya beras sebanyak 7 ton.
Plt. Kepala PU Pengairan, E. Rukanda menuturkan, banjir kali ini dinilai luar biasa. Curah hujan mencapai tertinggi dalam sejarah Indramayu, mencapai 178 mm, padahal normalnya hanya 90 mm.
Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kab. Indamayu, H. Kusnomo Tamkani menuturkan, genangan air yang merendam areal pertanian seketika bertambah luas menyusul banjir akibat hujan deras dan luapan sejumlah sungai besar.
"Rendaman hampir terlihat di semua kecamatan yang baru tanam. Terbentang dari Krangkeng, Juntinyuat, Balongan, Sindang, Indramayu, Lohbener, Losarang, Kandanghaur sampai Sukra, Trisi, Cikedung, Lelea, Bongas, dan Gabuswetan. Yang membuat stress, sawah yang tergenang itu sebagian besar baru tanam, usia padi 7 hari sampai 2 bulan," ujar dia.
Banjir melanda sebagian besar wilayah Kab. Indramayu sejak Jumat (28/1) Hingga Minggu (29/1), banjir tersebut menelan tiga korban tewas, puluhan rumah hancur, dan menenggelamkan puluhan ribu hektare sawah. Banjir juga melanda beberapa daerah di Jawa Barat lainnya seperti di Cirebon, Majalengka, Subang, dan Karawang.
Dari tiga korban tewas, dua di antaranya, adalah santri Pontren Al Zaytun di Kec. Gantar, masing-masing Muhammad Putra Haji Sarkim (15), santri asal Pekanbaru (Riau), dan Deni (15), asal Bandung. Korban tewas lain, bernama Ari (12), warga Desa Karanganyar, Kec. Kandanghaur.
Informasi yang dihimpun , dua santri Al Zaytun tewas terseret Sungai Cilalanang yang tengah meluap. Kecelakaan terjadi Sabtu (28/1) sore, saat itu korban bersama teman-temannya se-dang bermain-main di pinggiran sungai tak jauh dari pontren itu.
Menurut petugas Polsek Haurgeulis, kecelakaan diawali ketika ada seorang santri yang pulpennya terjatuh ke sungai. Si santri (namanya tidak diketahui) lalu terjun berusaha mengambil pulpen tadi, hanya saja karena air deras, santri itu nyaris terseret arus.
Melihat temannya mau terseret arus, Putra dan Deni turun ke sungai dengan maksud menolong. Namun, keduanya justru terseret arus dan tubuhnya langsung menghilang setelah sempat berteriak minta tolong.
Sampai Minggu (29/1) sore, Putra belum diketemukan dan masih dalam pencarian. Sedangkan mayat Deni telah ditemukan Sabtu pukul 24.00 WIB.
Di Kandanghaur, arus Sungai Cipanas menyeret tubuh Ari, yang ketika itu sedang bermain air di bawah jembatan. Kecelakaan ini terjadi Minggu (29/1) pukul 14.00 WIB, dan hingga semalam mayatnya masih dalam pencarian.
Menurut Kapolsek Kandanghaur, AKP Edi Budi Pramono, Ari terseret arus saat bermain-main di sungai dekat jembatan. Hanya saja dia terlalu ke tengah, sehingga terseret arus yang sedang deras-derasnya.
Banjir yang sudah berlangsung sejak Jumat mengakibatkan 20 kecamatan terendam dan sungai-sungai besar yang bermuara di daerah tersebut meluap dalam waktu bersamaan.
Banjir makin parah, karena pada saat bersamaan terjadi gelombang pasang di laut. Akibatnya, air yang datang dari daerah hulu ditambah hujan lokal selama tiga berturut-turut, membuat air sungai meluap dan menggenangi puluhan ribu hektare persawahan, serta ribuan rumah penduduk.
Berdasarkan catatan Satlak PBA, dari 28 kecamatan yang ada di Indramayu, 20 di antaranya terendam banjir. Sejumlah kecamatan dinyatakan parah, di antaranya Kec. Lelea, Gabuswetan, Bongas, Kroya, Kandanghaur, Losarang, Cikedung, dan Terisi.
Tercatat jalan raya sepanjang 5 km penghubung Gabuswetan dengan pertigaan Karangsinom (Pantura), terandam air mencapai 1 meter lebih sehingga kendaraan tak bisa melewatinya. Akibatnya, tiga kecamatan terisolir yakni Gabuswetan, Kroya, dan Bongas.
Di Kec. Lelea, banjir diperparah dengan angin puting beliung di Blok Limbangan, Desa Pangauban. Angin berkekuatan besar itu terjadi Jum'at malam pukul 19.30 WIB, sebanyak 37 rumah rusak berat dan ringan, lima di antaranya ambruk.
Banjir di Lelea menggenangi 10 dari 11 desa yang ada di kecamatan itu, menyusul meluapnya Sungai Cibuaya dan Pangauban. Ratusan warga di Blok Tegalbedug dan Tamansari di Desa Tempel, terisolir karena desanya terkepung banjir. Camat setempat, H. Suwito telah meminta warga yang jumlahnya mencapai 1.400 jiwa untuk mengungsi, sebab ketinggian genangan masih bisa bertambah.
Ditinjau bupati
Bupati Indramayu, H. Irianto M.S. Syafiuddin, Minggu (29/1) turun ke lapangan untuk memantau langsung situasi banjir . Bersama unsur muspida, bupati menyerahkan bantuan kepada para korban, di antaranya beras sebanyak 7 ton.
Plt. Kepala PU Pengairan, E. Rukanda menuturkan, banjir kali ini dinilai luar biasa. Curah hujan mencapai tertinggi dalam sejarah Indramayu, mencapai 178 mm, padahal normalnya hanya 90 mm.
Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kab. Indamayu, H. Kusnomo Tamkani menuturkan, genangan air yang merendam areal pertanian seketika bertambah luas menyusul banjir akibat hujan deras dan luapan sejumlah sungai besar.
"Rendaman hampir terlihat di semua kecamatan yang baru tanam. Terbentang dari Krangkeng, Juntinyuat, Balongan, Sindang, Indramayu, Lohbener, Losarang, Kandanghaur sampai Sukra, Trisi, Cikedung, Lelea, Bongas, dan Gabuswetan. Yang membuat stress, sawah yang tergenang itu sebagian besar baru tanam, usia padi 7 hari sampai 2 bulan," ujar dia.
0 Komentar:
Post a Comment
<< Halaman Index