Kasus Flu Burung Panikkan Warga Indramayu
INDRAMAYU -- Merebaknya kasus flu burung yang menyerang sebuah keluarga di Desa Cipedang Kec Bongas Kab Indramayu, telah menimbulkan kekhawatiran di tengah-tengah masyarakat. Meski hanya mengalami gejala berupa panas biasa, mereka langsung meminta untuk dirawat di RSUD Indramayu.
Berdasarkan pantauan di RSUD Indramayu, para pasien dengan gejala panas terlihat memenuhi Ruangan Perawatan Khusus Anak maupun Ruangan Penyakit Dalam. Seluruh tempat tidur di kedua ruangan itu, dipenuhi pasien. Bahkan akibat terbatasnya fasilitas tempat tidur di Ruangan Penyakit Dalam, sebagian pasien di ruangan itu pun kemudian dilimpahkan ke Ruangan Penyakit Bedah.
Menurut Kabid Pelayanan RSUD Indramayu, dr Dedi Rohendi, peningkatan jumlah pasien itu memang terjadi sejak merebaknya isu flu burung. Dikatakannya, sebenarnya, hal itu hanya diakibatkan kepanikan dan kekhawatiran masyarakat.
''Hal tersebut sebenarnya juga menunjukkan kesadaran yang tinggi dari masyarakat untuk selalu memperhatikan kesehatannya,'' papar Dedi saat ditemui di ruang kerjanya, Selasa (24/1).
Seperti diberitakan sebelumnya, dua penderita flu burung dari Indramayu meninggal dunia setelah diketahui mengonsumsi ayam yang terserang flu burung. Kedua warga itu adalah kakak beradik Nur Rohimah (12 tahun) dan Indrawan (3). Nur meninggal Ahad (15/1) di Indramayu setelah mendapatkan perawatan di RSUD Indramayu. Sedangkan Indrawan meninggal di RSHS Bandung tiga hari kemudian.
Akur (35 tahun), salah seorang keluarga pasien, mengaku sangat mengkhawatirkan kesehatan anaknya, Eliya Indahsari. Anaknya yang berusia tujuh bulan itu mengalami panas tinggi dan batuk. Apalagi, lanjut dia, banyak ayam di sekitar rumahnya yang mati secara mendadak.
''Eliya langsung saya bawa ke puskesmas. Namun oleh puskesmas, Eliya langsung dirujuk ke rumah sakit,'' ujar Akur, warga Desa/Kec Kedokanbunder .
Hal senada diungkapkan keluarga pasien lainnya, Kadirah (40). Dia mengatakan, meski di sekitar rumahnya tidak ditemukan ayam yang mati, tapi dirinya tetap khawatir anaknya, Watini (13 tahun), terkena penyakit flu burung.
''Anak saya mengalami gejala panas tinggi. Karena khawatir, saya langsung memeriksakannya ke puskesmas. Kemudian, oleh puskesmas, anak saya dirujuk ke rumah sakit ini,'' ungkap Kadirah.
Sementara itu, salah seorang dokter di Ruangan Khusus Penyakit anak, dr Johari, mengatakan, para pasien itu hanya mengalami gejala panas biasa. Ditegaskannya, tidak ada seorang pasien pun yang terindikasi terserang flu burung.
''Mereka mungkin hanya khawatir. Kalau mereka terindikasi kena flu burung, maka tidak mungkin mereka dirawat di sini. Kami pasti akan langsung merujuknya ke rumah sakit khusus flu burung,'' cetus dr Johari.
Berdasarkan pantauan di RSUD Indramayu, para pasien dengan gejala panas terlihat memenuhi Ruangan Perawatan Khusus Anak maupun Ruangan Penyakit Dalam. Seluruh tempat tidur di kedua ruangan itu, dipenuhi pasien. Bahkan akibat terbatasnya fasilitas tempat tidur di Ruangan Penyakit Dalam, sebagian pasien di ruangan itu pun kemudian dilimpahkan ke Ruangan Penyakit Bedah.
Menurut Kabid Pelayanan RSUD Indramayu, dr Dedi Rohendi, peningkatan jumlah pasien itu memang terjadi sejak merebaknya isu flu burung. Dikatakannya, sebenarnya, hal itu hanya diakibatkan kepanikan dan kekhawatiran masyarakat.
''Hal tersebut sebenarnya juga menunjukkan kesadaran yang tinggi dari masyarakat untuk selalu memperhatikan kesehatannya,'' papar Dedi saat ditemui di ruang kerjanya, Selasa (24/1).
Seperti diberitakan sebelumnya, dua penderita flu burung dari Indramayu meninggal dunia setelah diketahui mengonsumsi ayam yang terserang flu burung. Kedua warga itu adalah kakak beradik Nur Rohimah (12 tahun) dan Indrawan (3). Nur meninggal Ahad (15/1) di Indramayu setelah mendapatkan perawatan di RSUD Indramayu. Sedangkan Indrawan meninggal di RSHS Bandung tiga hari kemudian.
Akur (35 tahun), salah seorang keluarga pasien, mengaku sangat mengkhawatirkan kesehatan anaknya, Eliya Indahsari. Anaknya yang berusia tujuh bulan itu mengalami panas tinggi dan batuk. Apalagi, lanjut dia, banyak ayam di sekitar rumahnya yang mati secara mendadak.
''Eliya langsung saya bawa ke puskesmas. Namun oleh puskesmas, Eliya langsung dirujuk ke rumah sakit,'' ujar Akur, warga Desa/Kec Kedokanbunder .
Hal senada diungkapkan keluarga pasien lainnya, Kadirah (40). Dia mengatakan, meski di sekitar rumahnya tidak ditemukan ayam yang mati, tapi dirinya tetap khawatir anaknya, Watini (13 tahun), terkena penyakit flu burung.
''Anak saya mengalami gejala panas tinggi. Karena khawatir, saya langsung memeriksakannya ke puskesmas. Kemudian, oleh puskesmas, anak saya dirujuk ke rumah sakit ini,'' ungkap Kadirah.
Sementara itu, salah seorang dokter di Ruangan Khusus Penyakit anak, dr Johari, mengatakan, para pasien itu hanya mengalami gejala panas biasa. Ditegaskannya, tidak ada seorang pasien pun yang terindikasi terserang flu burung.
''Mereka mungkin hanya khawatir. Kalau mereka terindikasi kena flu burung, maka tidak mungkin mereka dirawat di sini. Kami pasti akan langsung merujuknya ke rumah sakit khusus flu burung,'' cetus dr Johari.
0 Komentar:
Post a Comment
<< Halaman Index