Saturday, February 04, 2006

Irigasi di Indramayu Rusak Berat

INDRAMAYU,
Separuh dari jumlah fasilitas atau infrastruktur pengairan (irigasi) dan perhubungan di Kab. Indramayu, rusak berat akibat banjir. Untuk pengairan, prosentase kerusakan mencapai 40 persen lebih, sedangkan perhubungan mencapai lebih dari 70 persen.

Kerusakan terlihat menyusul menyurutnya genangan. Dari pantauan, Jum'at (3/2), banyak ditemukan kerusakan pada fasilitas pengairan, terutama di sepanjang DAS (daerah aliran sungai) yang meluap dan menimbulkan genangan air, seperti DAS Cibuaya, Pangauban, Cipanas, Cilalalang, dan Cikandung-Cipunegara. Bentuk kerusakan beraneka ragam seperti jebolnya tanggul, senderan, serta pintu air, termasuk jebolnya bendungan di Cipancuh, Haurgeulis.

Kepala PU Pengairan, H. Utju Kurnaedin menuturkan, pihaknya tengah menginventarisasi jumlah fasilitas pengairan yang rusak.

Sementara itu, sampai Jum'at sore, genangan di areal persawahan masih tetap tinggi, seperti di sepanjang Pantura Kandanghaur-Losarang, Gabuswetan, Indramayu, Sindang, Balongan, Juntinyuat.

Data di Dinas Pertanian dan Perkebunan Kab. Indramayu, lebih dari 39.000 ha sawah yang tergenang setingi 1 meter, yang sudah dinyatakan puso mencapai lebih dari 22.500 ha.

Infrastruktur perhubungan juga mengalami kerusakan lebih parah. Hampir seluruh jalan kecamatan dan desa di daerah yang terkena banjir mengalami rusak berat, di antaranya jalan Larangan-Lelea-Cikedung-Terisi-Kroya-Gabuswetan-Anjatan-Patrol sepanjang 60 km, Jangga-Terisi sepanjang 15 km, Karangsinom-Gabuswetan-Kroya (20 km), Bugel-Bongas (15 km), dan Patrol-Haurgeulius (30 km).Diperkirakan kerusakan jalan mencapai sepanjang lebih dari 500 km, terutama terpusat di sejumlah kecamatan di wilayah utara, tengah, dan barat Indramayu. Akibatnya, lalu lintas terutama di jalur utama Pantura, terjadi antrean panjang.
selengkapnya...

Friday, February 03, 2006

Percepat Operasi Pasar di Pantura, Kelangkaan Pangan Ancam Ratusan Ribu Jiwa Korban Banjir

KELANGKAAN pangan, terutama beras kelas medium, mengancam ratusan ribu jiwa korban banjir di kawasan pantai utara Jawa (Pantura). Meski cadangan beras di Bulog masih bisa mengamankan kebutuhan, operasi pasar masih berlangsung secara sporadis.


Pergeseran musim panen bukan masalah sederhana. Akibat pergeseran itu, akan ada masa jeda (transisi) antara musim paceklik yang bertambah panjang ditandai persediaan pangan (beras) menipis dengan jadwal panen mundur. Sepanjang Februari-Maret tampaknya bakal menjadi bulan penuh tantangan sebab paceklik tengah memuncak di saat panen rendeng mundur.

Krisis pangan sepanjang Februari-Maret bisa jadi akan lebih parah dibandingkan "krisis pangan" Desember-Januari. Sebab persediaan beras hasil panen gadu (termasuk gadu II) di tengah masyarakat makin menipis, sementara pasokan tambahan yang diperoleh dari panen rendeng 2006 belum ada.

Ancaman tersebut tampaknya sudah terlihat gelagatnya. Di delapan pasar besar Indramayu, termasuk sentra pasar beras di Widasari, praktis pasaran beras lebih didominasi oleh beras kualitas premium, beras yang harganya di atas Rp 4.200,00/kg.

Beras kualitas medium yang kualitas dan harganya lebih rendah, sudah menjadi barang langka. Kalau dalam sepekan ini ada, beras medium tidak lain dikeluarkan oleh Bulog Subdivre setempat. Itu pun karena Bulog membuka keran beras melalui OPM (Operasi Pasar Murni) dengan pagu 4.000 ton, yang sampai akhir Januari kemarin baru dikeluarkan 500 ton.

Cadangan beras di tingkat petani (masih dalam bentuk gabah, GKG) juga sudah sangat terbatas. Kalaupun ada, petani lebih memilih untuk cadangan pangan sendiri dan tidak untuk dijual, sikap petani itu membuat pasokan beras ke pasar umum akan sangat seret.

"Cadangan yang ada hanya untuk persediaan selama masa paceklik," tutur H. Urip (39), petani dari Kec Lelea.

Seretnya suplai (pasokan) beras dari petani sebenarnya sudah berlangsung sejak akhir Desember 2006 lalu. Hal itu terlihat dari kesulitan yang dialami para pedagang beras dalam memperoleh suplai, baik pedagang beras lokal yang dijual di pasar-pasar di Indramayu maupun bandar beras di Widasari yang selama ini memasok kebutuhan beras ke Pasar Induk Cipinang, Jakarta, maupun sebagian lain ke luar Jawa seperti Sumatra dan Kalimantan.

H. Feri Priatna, salah satu bandar beras mengaku sudah sangat kesulitan memperoleh pasokan beras. Bahkan untuk mendapatkannya, dia harus pulang pergi ke Jateng dan Jatim, itupun sudah sulit untuk diperoleh.

"Saya setengah mati mencari beras sampai ke Jateng dan Jatim. Di Jateng dan Jatim beras sudah menjadi barang langka. Panen belum tiba dan disana juga banyak terjadi bencana. Kalaupun ada, harganya sudah sangat mahal. Beras premium kami beli rata-rata Rp 4.000,00/kg," ujar dia.

Pasar beras Widasari sebenarnya telah lumpuh sejak pertengahan Desember. Memasuki Februari 2006 ini, malah sudah dalam kondisi 'mati suri', puluhan gudang beras yang ada kini tak ubahnya rongga yang dipenuhi udara, tidak terlihat lagi tumpukan beras. "Cobalah keliling ke seluruh gudang di Widasari, semua sudah pada kosong," ujar Fery.

Kabulog Subdivre Indramayu, Drs. H. Dadang Edi Djumana menyatakan masih akan menunggu dua minggu sebelum melakukan operasi pasar. "Bila dua pekan ke depan gambaran krisis pangan makin nyata, kami akan koordinasi dengan Disperindag dan Pemkab untuk kemungkinan membuka keran OPM lebih besar dari yang telah disetujui sebanyak 4.000 ton," ujar dia.

Di Cirebon, ancaman kelangkaan pangan juga disertai tidak tersedianya kebutuhan sarana produksi pertanian (saprotan) seperti benih, pupuk, dan obat-obatan mendesak. Iming-iming harga gabah tinggi pun belum disambut optimis oleh mereka, akibat dihadapkan berbagai masalah, baik kebutuhan sehari-hari maupun faktor alam seperti bencana banjir.

"Kalau para petani tidak dibantu saprotan, terutama benih dan pupuk karena hilang ditelan banjir, tentu saja akan mengganggu target produksi padi di Kabupaten Cirebon yang selama ini surplus," kata Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Kab. Cirebon Ali Efendi. Data sementara perkiraan yang bakal dilakukan replanting (tanam ulang) sekira 3.000 - 4.000 hektare.

Dasira (55), seorang petani di Desa Suranenggala Kidul Kec. Kapetakan mengatakan, air yang menggenangi areal sawahnya bila selama empat hari tidak surut, maka akan gagal panen. Sementara biaya yang telah dikeluarkan dari mulai mengolah lahan, tanam, sampai pemupukan mencapai jutaan.

"Bila empat hari air belum surut, tidak hanya saya, para petani di Kapetakan akan mengalami kerugian cukup besar. Sedangkan selama banjir, tidak ada pekerjaan lain yang bisa dilakukan, kecuali mengandalkan dari hasil sawah," kata Dasira yang memiliki lahan seluas 1,5 hektare.

Kepala Bagian (Kabag) Perekonomian Setda Kab. Cirebon H.Moh. Sofyan, S.H., M.H., menyatakan, pihaknya berencana akan mengirimkan beras raskin ke daerah-daerah tersebut tanpa melihat aturan baku yang ada.

Kepala Subdivre Perum Bolog Wilayah Karawang, Ir. Nasrun Rahmani menyatakan pergeseran waktu penen tidak terlalu berpengaruh terhadap pengadaan dan stok beras di gudang Bolog.

"Saat ini stok beras digudang kami masih ada 42 ribu ton. Stok sebanyak itu cukup untuk memenuhi kebutuhan raskin selama 5 bulan ke depan. Artinya, pergeseran waktu panen tidak akan membuat kita kelimpungan kekurangan beras," tegasnya.

Apalagi, sambung Nasrun, banjir di Karawang tidak sampai menenggelamkan areal sawah siap panen. Banjir tersebut, sebagian besar hanya menerjang areal sawah di pantai utara yang baru beberapa pekan ditanami. Dengan demikian, secera keseluruhan penen raya di Karawang tidak mengalami pergeseran berarti. "Pada awal Pebruari ini pun areal sawah yang di panen cukup luas, sehingga stok beras di pasar-pasar bebas tidak akan terganggu," tuturnya.

Kasubdin Perlindungan Tanaman (Perlintan) Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura (Dipertan) Kabupaten Subang, Drs. Agus Taruna menyatakan, meski banjir telah membusukan tanaman padi namun tidak akan mengganggu produki maupun masa panen.

"Masa panen paling juga mengalami kemunduran satu bulan. Diperkirakan areal tanaman padi yang terkena banjir bakal di-replanting lagi (penanam kembali) bila mengalami pembusukan," ungkapnya.

Ia memperkirakan musim panen tanaman padi pada musim tanam rendeng yang jatuh pada Bulan Oktober 2005-Maret 2006, namun karena ada bencana banjir yang menimpa areal persawahan seluas 10% dari total areal tanaman padi sebanyak 84 ribu hektar, maka akan terjadi kemunduran masa panen.
selengkapnya...

Thursday, February 02, 2006

Masturoh Melahirkan di Atas Genangan Air

PASANGAN Januri (45) dan Masturoh (40), belum sempat berpikir jabang bayinya akan diberi nama siapa kelak. Namun sejumlah kerabatnya memberi masukan agar bayi itu diberi nama yang terkait dengan situasi dimana sang bayi lelaki itu dilahirkan, yakni berkaitan dengan banjir atau air.

MASTUROH (40) bersama bayinya yang dilahirkan di tengah banjir di Blok Bener Desa Kiajaran Kulon Kec. Lohbener Kab. Indramayu, Selasa (31/1).*AGUNG NUGROHO/"PR"

Pemberian nama yang berkaitan dengan banjir dan air itu dirasa penting. Sebab putra ketiga itu lahir dalam suasana yang langka, yakni tatkala kampungnya dilanda banjir besar, tak terkecuali rumahnya yang ikut tergenang air setinggi 20 cm.

Masturoh melahirkan bayi lelaki dalam keadaan serba darurat. Di dalam kamar yang tergenang air, proses persalinan sang jabang bayi itu juga dilakukan secara swadaya tanpa bantuan bidan maupun dukun beranak. Persalinan bayi lelaki yang sehat dan normal itu dilakukan oleh suami dan kerabat perempuannya.

Januri mengaku tak sempat memanggil bidan maupun dukun beranak. Sebab perut istrinya mulas secara tiba-tiba dan langsung melahirkan hanya beberapa saat setelah rasa mulasnya terasa. "Tadinya mau manggil bidan, tapi istri saya mencegah karena sudah tak kuat. Saya bersama saudara akhirnya nekat melakukan persalinan sendiri," ujar dia yang mengaku pengalaman itu tak akan pernah dilupakannya.

Perut Masturoh terasa mulas ketika Januri bersama dua anak lainnya sedang sibuk menyelamatkan barang-barang dari genangan air. Saat itu, air di dalam rumah, termasuk kamar depan tempat persalinan anaknya, sudah mencapai 20 cm.

Pada saat sang istri mengeluh perutnya mulas, Minggu (29/1) sekira pukul 21.00 WIB, banjir baru pertama kalinya datang menggenangi pemukiman dan rumah keluarga itu.

Melihat istrinya mulas, Januri kebingungan. Karena sang istri melarang memanggil bidan, akhirnya Januri memanggil kerabat perempuannya, di luar dugaan, setelah semua kumpul, sang istri tiba-tiba mengatakan kalau sang jabang bayinya mau keluar. "Saya sampai mandi keringat. Tapi Alhamdulillah, akhirnya istri dan anak saya selamat," tutur dia.

Masturoh menuturkan, saat perutnya mulas, dirinya sudah tak kuat lagi. Karena itu, dia memberanikan diri mengeluarkan jabang bayi meski tidak ada bidan dan dukun beranak. Kelahiran bayi lelaki itu memunculkan sukacita tak hanya bagi pasangan Januri dan Masturoh tetapi juga kerabat dan warga di kampung yang sampai Selasa (31/1) kemarin masih terendam air akibat meluapnya sungai Pangkalan.

Sarmiti meninggal

Berbeda dengan Masturoh, nasib malang dialami Sarmiti (30), warga Blok Tegalbeduk, Ds. Taman Sari, Kec. Lelea. Wanita ini meninggal dunia saat melahirkan anak ketiga lelakinya yang juga di atas genangan banjir.

Kapolsek Lelea, Iptu I Ketut Sumadana menuturkan, Sarmiti meninggal karena kehilangan banyak darah. Sama dengan yang dialami Masturoh, proses persalinan juga oleh suami dan kerabatnya. Proses kelahiran dilakukan saat rumahnya terendam air Minggu malam sekira pukul 21.00 WIB. "Anaknya sendiri selamat," tutur Kapolsek Ketut.
selengkapnya...

Mantan Dirut BWI Harus Kembalikan Dana

INDRAMAYU,
Mantan Direktur Utama PD BWI (Perusahaan Daerah Bumi Wiralodra Indramayu), Drs. H. Muhammad yang juga Asda Bidang Pembangunan, dikenai kewajiban harus mengembalikan dana sebesar Rp 2,4 miliar yang sampai sekarang tidak ada kejelasan. Sesuai Perda No. 34/2002 tentang pendirian BUMD PD BWI, kewajiban tersebut melekat pada diri Muhammad selaku pimpinan.

Keharusan mengganti uang tadi merupakan salah satu dari empat rekomendasi yang dikeluarkan komisi gabungan A dan C DPRD Kab. Indramayu. Informasi yang diperoleh , Minggu (29/1), rekomendasi itu resmi dikeluarkan dewan setelah menggelar rapat akhir hasil penyelidikan dugaan penyelewengan dana sebesar Rp 2,4 miliar yang dikenal dengan kasus BWI-gate. "Kita tegakkan Perda 34/2002, bahwa bila ada penyelewengan keuangan, maka dirut bertanggung jawab secara pribadi untuk mengganti kerugiannya," tutur Bambang Cipto Rasio Guno, Wakil Ketua DPRD yang memimpin rapat akhir.

Tiga butir rekomendasi lainnya, yakni Komisi A dan C, meminta agar BWI-gate secepatnya diproses secara hukum. Baik Dirut Muhammad dan jajaran direksi lama lainnya di PD BWI, maupun pimpinan PT Atmadira Karya (AK), harus segera dipanggil untuk dimintai keterangan oleh kepolisian maupun kejaksaan. Rekomendasi lainnya berupa saran Komisi A dan C mengenai pentingnya prinsip kehati-hatian dalam manajemen di tubuh BUMD tersebut. Terakhir (keempat), Komisi A dan C, menyetujui rencana Pemkab Indramayu menyuntikan kembali dana Rp 2 miliar ke PD BWI, hanya dengan catatan menunggu hasil audit yang dilakukan akuntan publik. "Rencana pemkab menyuntik kembali dana Rp 2 miliar, prinsipnya kami setuju saja. Hanya harus lebih dulu ada audit dari lembaga independen atas penggunaan keuangan pada jajaran direksi lama. Bila audit selesai dan tidak ada masalah, anggaran itu bisa secepatnya disalurkan ke BWI," tutur Bambang.

Rapat terakhir digelar di ruang paripurna Jumat sore, dipimpin Bambang mewakili unsur pimpinan DPRD. Hadir sejumlah anggota Komisi A dan C, di antaranya Ketua Komisi A H. Syarif Kaslam dan Ketua Komisi C, Syafrudin. Hadir dalam rapat tersebut jajaran direksi PD BWI yang baru, di antaranya Dirut, Drs. H. Sidin dan salah satu direksi, Yoyo Suwaryo. Dirut lama, Muhammad juga ikut hadir bersama unsur pimpinan lama lainnya, drh. M. Isya Dirja.

Bambang menjelaskan, rekomendasi itu nantinya akan diserahkan ke ketua DPRD untuk dibahas lebih lanjut di tingkat unsur pimpinan. Bambang akan meminta pimpinan melanjutkan rekomendasi itu ke instansi terkait.
selengkapnya...

Mutasi di Indramayu tanpa Sekda Baru

INDRAMAYU,
Mutasi besar-besaran di jajaran Pemkab Indramayu yang sempat diundur beberapa kali, menurut rencana, Rabu (2/1) ini akan diumumkan. Pergeseran posisi jabatan terpaksa diumumkan meskipun pos untuk jabatan sekda (sekertaris daerah) belum ada keputusan dari menteri dalam negeri.

Sebuah sumber yang layak dipercaya di Pemkab Indramayu, Selasa (31/1) menuturkan hal tersebut. Selain mengumumkan mutasi, Bupati H. Irianto M.S. Syafiuddin juga sekaligus akan melantik para pejabat baru. "Akhirnya mutasi akan diumumkan hari ini dan sekaligus pelantikan. Pergeseran posisi ini hampir menyeluruh. Akan banyak muka baru muncul, juga kejutan di sejumlah pos, terutama di eselon II dan III," tutur sumber tadi.

Mutasi kali ini tampaknya memang akan penuh kejutan. Selain karena persentase pergeseran yang mencapai 80 persen, juga penentuan hari pengumumannya. Biasanya, Irianto (Yance) mengumumkan mutasi pada hari Jum'at seperti terjadi pada pengumuman mutasi selama lima tahun pertama menjabat bupati. Untuk mutasi yang pertama setelah menjabat bupati lagi, Irianto memilih hari Rabu. "Pertimbangan Bapak (bupati-red.) lebih pada tanggal. Bahwa Selasa kemarin itu tahun baru Islam. Jadwal pengumuman mengambil momentum 1 Muharam," tutur sumber tadi.

Dari sumber lain, diperoleh informasi, Bupati Irianto sempat kebingungan dengan mutasi yang direncanakan kali ini. Pasalnya, surat dari menteri dalam negeri (mendagri) yang menentukan jabatan strategis sekretaris daerah (sekda) masih juga belum turun. Semula bupati berkeinginan mutasi diumumkan bersama dengan kepastian siapa yang diputuskan mendagri sebagai sekda. Akan tetapi, sudah lebih dari sebulan diajukan, sampai Rabu hari ini belum juga ada kepastian.

Bila Rabu hari ini mutasi diumumkan, maka jabatan sekda di Pemkab Indramayu masing "menggantung". H. Masnata, S.H., M.Si. yang menjabat sebagai Plt Sekda, harus rela menempati kursi yang sifatnya sementara dan belum definitif.

Keputusan mendagri soal jabatan sekda selama ini menjadi salah satu alasan pengunduran jadwal pengumuman mutasi. Padahal Bupati Irianto sudah sebulan lalu mengajukan tiga nama untuk jabatan sekda ke gubernur yang dilanjutkan ke mendagri untuk memperoleh rekomendasi.

Ketiganya, masing-masing Masnata (Kepala Disdik non aktif dan Plt. Sekda), Drs. H. Cecep Nana Suryana, M.Si. (Kadisduktrans) dan H. Banani Mawardi, S.H., M.H. (Kepala Bawasda). Sampai hari ini, mendagri belum menentukan siapa di antara tiga pejabat itu yang akan memperoleh rekomendasi.

Kepala BKD (Badan Kepegawaian Daerah), Drs. H. Suherman saat dikonfirmasi di tengah kunjungan gubernur ke Indramayu Selasa kemarin membenarkan rencana pengumuman mutasi hari Rabu ini.
selengkapnya...

Pulau Gosong Tenggelam Karena Gelombang Pasang, Penjaga Menara Suar & Nelayan Terjebak di Pulau Biawak

INDRAMAYU,
Banjir dan gelombang pasang yang terjadi dalam beberapa hari terakhir ternyata meneggelamkan Pulau Gosong, salah satu pulau di Kepulauan Rakit, sekira 40 mil laut dari pantura Kab. Indramayu. Permukaan pulau karang yang kini berbentuk cincin karena tengahnya diambil untuk fondasi Kilang Pertamina UP-VI Balongan, dikabarkan tidak terlihat karena tertutup permukaan laut Jawa.

Tenggelamnya Pulau Gsong diungkapkan Plt Kepala Syahbandar Indramayu, Sofyandi kepada , Selasa (31/1). Dia menuturkan, cuaca buruk tidak hanya terjadi di daratan Pulau Jawa atau pesisir Pantura Indramayu dan Cirebon, tetapi juga terjadi di perairan Laut Jawa termasuk di sekitar Kepulauan Rakit.

Selain hujan lebat, di perairan juga sering terjadi gelombang pasang disertai badai Rakit yang selama ini menjadi hal yang menakutkan bagi dunia pelayaran di Laut Jawa wilayah Jabar. Gelombang dan angin, membuat wilayah perairan Laut Jawa sangat berbahaya bagi pelayaran, khususnya untuk kapal kecil seperti kapal-kapal nelayan.

Berdasarkan hasil pemantauan, ketinggian gelombang mencapai 6 - 7 meter, padahal normalnya hanya 3 meter. Sementara itu, kecepatan angin mencapai 48 sampai 50 knot, sedangkan kecepatan normal di bawah 25 knot. "Cuacanya sangat berbahaya bagi pelayaran, khususnya kapal kecil seperti kapal kayu maupun kapal nelayan. Kami sudah memberitahukan ke seluruh nelayan untuk tidak nekat melaut," ujar Sofyandi.

Tinggi gelombang, disertai hujan lebat di perairan, menyebabkan Pulau Gosong, dalam seminggu ini tenggelam. Pulau yang luasnya mencapai 100 ha itu tidak terlihat karena tertutup lautan. "Laporan yang kami terima, Pulau Gosong tidak terlihat permukaannya karena tertutup lautan," tuturnya.

Biasanya, permukaan Pulau Gosong bisa terlihat dari menara lampu suar Pulau Biawak, pulau tetangga yang jaraknya sekira 4 mil laut, di Kepulauan Rakit. Banjir dan gelombang pasang juga menyebabkan pantai Pulau Cendikian, pulau karang lain di kepulauan itu seperti menyempit.

"Bila Gosong tenggelam, Pulau Cendekian pantainya menyempit. Hanya permukaan yang tinggi saja yang tidak tenggelam," ujar Sofyandi.

Dia menjelaskan, cuaca di perairan Laut Jawa kali ini merupakan yang terburuk dalam sejarah. Karenanya, nelayan diminta untuk tidak nekat memaksakan diri melaut, kalaupun melaut jangan terlalu ke tengah.

Terjebak

Buruknya cuaca di perairan juga menyebabkan tiga penjaga menara suar dan belasan nelayan terjebak di Pulau Biawak. Mereka tidak berani pulang karena menunggu gelombang pasang dan angin mereda.

Tiga orang penjaga menara suar juga sama dengan nelayan. Mereka ketakutan bila nekat berlayar ke Jawa (Indramayu) karena situasinya sangat tidak bersahabat. "Kami juga terima informasi penjaga menara suar dan belasan nelayan memilih tetap tinggal di Pulau Biawak. Mereka ketakutan untuk mendarat ke Pelabuhan Eretan (Kandanghaur) maupun Dadap (Juntinyuat)," tutur Sofyandi.

Pada cuaca buruk kali ini, para nelayan memilih berlindung di Pulau Biawak. Padahal biasanya, kalau gelombang tinggi dan angin kencang, tempat berlindung nelayan adalah Pulau Gosong yang bagian tengahnya telah berubah menjadi kolam karena tanahnya dikeruk untuk fondasi pembangunan Kilang Balongan.

"Biasanya nelayan berlindung di tengah Pulau Gosong. Sekarang karena tenggelam, nelayan pindah ke Pulau Biawak. Pulau Biawak kurang aman untuk bertambat, perahu tidak bisa langsung ke bibir pantai karena dilingkari karang (atol)," tutur dia.

Mengenai tiga penjaga menara suar, Sofyandi menuturkan, mereka tidak bisa pulang. Padahal sesuai jadwal harusnya sudah aplus (ganti tugas) dengan penjaga lainnya. "Tiga penjaga yang ada di Pulau Biawak harusnya sudah diganti penjaga lainnya seminggu lalu. Namun, karena cuaca buruk, akhirnya tak bisa mendarat. Sedangkan tiga penjaga yang dapat giliran jaga juga tidak berani ke Pulau Biawak," tuturnya

Yang menyedihkan, tambah dia, ada kabar kalau persediaan makanan penjaga menara suar dan juga belasan nelayan lainnya sudah habis. Mereka selama ini cuma bertahan dengan makan ikan yang ditangkap di pantai.

Sementara itu, besarnya gelombang dan angin kencang telah merusakan sedikitnya 30 unit perahu nelayan di Pantai Eretan Wetan, Kandanghaur. Tokoh nelayan setempat, H. Mansur Idris menuturkan, perahu rusak karena bertabrakan.
selengkapnya...

Banjir Mulai Surut, Jalur Pantura Dibuka Lagi,

INDRAMAYU,
Banjir yang melanda Indramayu, Rabu siang (1/2), sudah mulai surut. Jalan-jalan yang terendam air kembali bisa digunakan, termasuk jalur utama pantura yang selama tiga hari tertutup arus lalu lintas akibat tergenang banjir sampai di atas 1,5 meter.
Jalur utama yang paling strategis di pantura itu sejak Rabu malam sudah mulai dibuka.

PARA pengungsi korban banjir di Kec. Losarang Kab. Indramayu berebut makan siang di salah satu tenda darurat, Rabu (1/2). Ratusan pengungsi di Kec. Losarang Kab. Indramayu masih tinggal di sepanjang jalur pantura dan membangun sejumlah tenda darurat sebagai tempat tinggal sementara.

Dari pantauan kemarin, genangan air yang di permukiman penduduk telah surut dan mulai mengering. Kalaupun masih ada genangan, hanya sebatas di Desa Jumbleng, Kec. Losarang dan sejumlah desa di Kandanghaur. Genangan air memang masih terlihat di areal persawahan dan tambak.

Warga masih khawatir hujan akan masih tetap turun dan banjir bakal datang lagi. Itu sebabnya, warga hanya bersih-bersih alakadarnya hanya untuk keperluan sementara. Perabot rumah tangga, terutama peralatan elektronik, masih tetap disimpan di tempat yang lebih tinggi agar tidak tergenang banjir.

Sampai Rabu petang, masyarakat yang selama empat hari ini mengungsi, kebanyakan telah kembali ke rumah masing-masing untuk berbenah. Namun, sebagian masih tetap tidur ditenda dan mengunci pintu rumahnya. "Malam, kami ronda dan mengontrol rumah, supaya tidak ada pencuri masuk," tutur Tarkidi (36).

Meski telah surut, aktivitas masyarakat tampaknya belum pulih normal. Sekolah-sekolah masih meliburkan siswanya, seperti di SDN Nagrak I Kandanghaur. "Anak-anak belum sekolah karena kelasnya masih terendam. Lagi pula, kebanyakan anak-anak sedang membantu orang tuanya membersihkan rumah masing-masing," tutur H. Warlim (35), salah seorang orang tua siswa.

Hal menyedihkan masih dialami warga desa yang masih tergenang seperti warga Jumbleng. Sebagian besar rumah di desa itu masih tergenang banjir setinggi 10 sampai 15 cm. Kebanyakan warga belum dapat kembali ke rumah dan memilih tinggal di pengungsian pinggir jalan utama pantura.

Wastiri (40), warga Losarang, mengatakan, banjir kali ini merupakan yang paling besar. Ia berharap, penanganan banjir di sekitar Indramayu, khususnya Losarang, dapat ditangani secara cepat dan tak berlarut-larut.

Bantuan makanan

Menyusul surutnya banjir, jalur utama pantura juga sudah mulai dibuka. Namun, di sejumlah tempat seperti di Losarang-Kandanghaur, jalan yang digunakan hanya satu jalur yang ke arah timur. Laju kendaraan di sekitar Losarang agak terhambat. Terjadi antrean panjang kendaraan, namun tidak menimbulkan kemacetan total.

Para pengungsi memanfaatkan antrean kendaraan untuk mencari sumbangan. Di sejumlah titik, terutama di sepanjang 10 km antara Losarang-Kandanghaur, terlihat median jalan yang rusak. Warga sengaja membobol median ketika banjir mencapai puncak, untuk mengalirkan air yang tertahan median setinggi 20 cm itu.

Sejumlah organisasi masyarakat, parpol dan pemerintah daerah terlihat membuka posko bantuan dan siaga di tempat pengungsian. Mereka mengumpulkan sumbangan berupa dana maupun beras, mi instan dan baju untuk pengungsi.

Puso 22.000 ha

Genangan air masih tetap terlihat di areal persawahan dan pertambakan. Walau sudah menyusut, air masih menutupi tanaman padi yang rata-rata usianya di bawah 1 bulan itu setinggi 25 cm. Padahal, sehari sebelumnya, banjir masih menggenang di 28 kecamatan.

Di Kandanghaur, ribuan hektare sawah masih tergenang banjir meski tak sedalam beberapa hari sebelumnya. Begitu pula di Lelea, Terisi, Cikedung, Bongas, Gabuswetan, Kroya, Lohbener, Juntinyuat, Krangkeng, Widasari, dan lain-lain.

"Butuh 2 atau 3 hari lagi untuk menunggu air benar-benar surut. Itu pun jika hujan tidak turun lagi," tutur staf di Badan Ketahanan Pangan setempat, Ahmad Busro.

Hasil inventarisasi sementara, dari 39.000 ha sawah yang terendam, yang kemungkinan mengalami puso diperkirakan 22.871 ha. Perkiraan itu didasarkan pada usia genangan yang sudah lebih dari 7 hari.
selengkapnya...