Masturoh Melahirkan di Atas Genangan Air
PASANGAN Januri (45) dan Masturoh (40), belum sempat berpikir jabang bayinya akan diberi nama siapa kelak. Namun sejumlah kerabatnya memberi masukan agar bayi itu diberi nama yang terkait dengan situasi dimana sang bayi lelaki itu dilahirkan, yakni berkaitan dengan banjir atau air.
MASTUROH (40) bersama bayinya yang dilahirkan di tengah banjir di Blok Bener Desa Kiajaran Kulon Kec. Lohbener Kab. Indramayu, Selasa (31/1).*AGUNG NUGROHO/"PR"
Pemberian nama yang berkaitan dengan banjir dan air itu dirasa penting. Sebab putra ketiga itu lahir dalam suasana yang langka, yakni tatkala kampungnya dilanda banjir besar, tak terkecuali rumahnya yang ikut tergenang air setinggi 20 cm.
Masturoh melahirkan bayi lelaki dalam keadaan serba darurat. Di dalam kamar yang tergenang air, proses persalinan sang jabang bayi itu juga dilakukan secara swadaya tanpa bantuan bidan maupun dukun beranak. Persalinan bayi lelaki yang sehat dan normal itu dilakukan oleh suami dan kerabat perempuannya.
Januri mengaku tak sempat memanggil bidan maupun dukun beranak. Sebab perut istrinya mulas secara tiba-tiba dan langsung melahirkan hanya beberapa saat setelah rasa mulasnya terasa. "Tadinya mau manggil bidan, tapi istri saya mencegah karena sudah tak kuat. Saya bersama saudara akhirnya nekat melakukan persalinan sendiri," ujar dia yang mengaku pengalaman itu tak akan pernah dilupakannya.
Perut Masturoh terasa mulas ketika Januri bersama dua anak lainnya sedang sibuk menyelamatkan barang-barang dari genangan air. Saat itu, air di dalam rumah, termasuk kamar depan tempat persalinan anaknya, sudah mencapai 20 cm.
Pada saat sang istri mengeluh perutnya mulas, Minggu (29/1) sekira pukul 21.00 WIB, banjir baru pertama kalinya datang menggenangi pemukiman dan rumah keluarga itu.
Melihat istrinya mulas, Januri kebingungan. Karena sang istri melarang memanggil bidan, akhirnya Januri memanggil kerabat perempuannya, di luar dugaan, setelah semua kumpul, sang istri tiba-tiba mengatakan kalau sang jabang bayinya mau keluar. "Saya sampai mandi keringat. Tapi Alhamdulillah, akhirnya istri dan anak saya selamat," tutur dia.
Masturoh menuturkan, saat perutnya mulas, dirinya sudah tak kuat lagi. Karena itu, dia memberanikan diri mengeluarkan jabang bayi meski tidak ada bidan dan dukun beranak. Kelahiran bayi lelaki itu memunculkan sukacita tak hanya bagi pasangan Januri dan Masturoh tetapi juga kerabat dan warga di kampung yang sampai Selasa (31/1) kemarin masih terendam air akibat meluapnya sungai Pangkalan.
Sarmiti meninggal
Berbeda dengan Masturoh, nasib malang dialami Sarmiti (30), warga Blok Tegalbeduk, Ds. Taman Sari, Kec. Lelea. Wanita ini meninggal dunia saat melahirkan anak ketiga lelakinya yang juga di atas genangan banjir.
Kapolsek Lelea, Iptu I Ketut Sumadana menuturkan, Sarmiti meninggal karena kehilangan banyak darah. Sama dengan yang dialami Masturoh, proses persalinan juga oleh suami dan kerabatnya. Proses kelahiran dilakukan saat rumahnya terendam air Minggu malam sekira pukul 21.00 WIB. "Anaknya sendiri selamat," tutur Kapolsek Ketut.
MASTUROH (40) bersama bayinya yang dilahirkan di tengah banjir di Blok Bener Desa Kiajaran Kulon Kec. Lohbener Kab. Indramayu, Selasa (31/1).*AGUNG NUGROHO/"PR"
Pemberian nama yang berkaitan dengan banjir dan air itu dirasa penting. Sebab putra ketiga itu lahir dalam suasana yang langka, yakni tatkala kampungnya dilanda banjir besar, tak terkecuali rumahnya yang ikut tergenang air setinggi 20 cm.
Masturoh melahirkan bayi lelaki dalam keadaan serba darurat. Di dalam kamar yang tergenang air, proses persalinan sang jabang bayi itu juga dilakukan secara swadaya tanpa bantuan bidan maupun dukun beranak. Persalinan bayi lelaki yang sehat dan normal itu dilakukan oleh suami dan kerabat perempuannya.
Januri mengaku tak sempat memanggil bidan maupun dukun beranak. Sebab perut istrinya mulas secara tiba-tiba dan langsung melahirkan hanya beberapa saat setelah rasa mulasnya terasa. "Tadinya mau manggil bidan, tapi istri saya mencegah karena sudah tak kuat. Saya bersama saudara akhirnya nekat melakukan persalinan sendiri," ujar dia yang mengaku pengalaman itu tak akan pernah dilupakannya.
Perut Masturoh terasa mulas ketika Januri bersama dua anak lainnya sedang sibuk menyelamatkan barang-barang dari genangan air. Saat itu, air di dalam rumah, termasuk kamar depan tempat persalinan anaknya, sudah mencapai 20 cm.
Pada saat sang istri mengeluh perutnya mulas, Minggu (29/1) sekira pukul 21.00 WIB, banjir baru pertama kalinya datang menggenangi pemukiman dan rumah keluarga itu.
Melihat istrinya mulas, Januri kebingungan. Karena sang istri melarang memanggil bidan, akhirnya Januri memanggil kerabat perempuannya, di luar dugaan, setelah semua kumpul, sang istri tiba-tiba mengatakan kalau sang jabang bayinya mau keluar. "Saya sampai mandi keringat. Tapi Alhamdulillah, akhirnya istri dan anak saya selamat," tutur dia.
Masturoh menuturkan, saat perutnya mulas, dirinya sudah tak kuat lagi. Karena itu, dia memberanikan diri mengeluarkan jabang bayi meski tidak ada bidan dan dukun beranak. Kelahiran bayi lelaki itu memunculkan sukacita tak hanya bagi pasangan Januri dan Masturoh tetapi juga kerabat dan warga di kampung yang sampai Selasa (31/1) kemarin masih terendam air akibat meluapnya sungai Pangkalan.
Sarmiti meninggal
Berbeda dengan Masturoh, nasib malang dialami Sarmiti (30), warga Blok Tegalbeduk, Ds. Taman Sari, Kec. Lelea. Wanita ini meninggal dunia saat melahirkan anak ketiga lelakinya yang juga di atas genangan banjir.
Kapolsek Lelea, Iptu I Ketut Sumadana menuturkan, Sarmiti meninggal karena kehilangan banyak darah. Sama dengan yang dialami Masturoh, proses persalinan juga oleh suami dan kerabatnya. Proses kelahiran dilakukan saat rumahnya terendam air Minggu malam sekira pukul 21.00 WIB. "Anaknya sendiri selamat," tutur Kapolsek Ketut.
0 Komentar:
Post a Comment
<< Halaman Index